DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
………………………………………………………...2
1.2.
Rumusan Masalah
……………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Konsep Pendidikan Pra-Natal
..................................................................4
2.3
Pengertian Pranatal …………………………………………………......5
2.4
Pendidikan Pranatal Menurut Pandangan Islam ……………………......6
2.5 Metode-Metode
Pendidikan Pranatal ………………………………......8
A. Metode
Do’a ……………………………………………………............9
B. Metode
Ibadah ………………………………………………………….9
C. Metode
Membaca ………………………………………………………11
D. Metode
Menghafal ……………………………………………………...11
E. Metode
Zikir ……………………………………………………………12
F. Metode
instruktif …………………………………….............................12
G. Metode
Dialog ………………………………………………………….13
H. Metode
Bermain dan Bernyanyi ………………………………………..13
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………...19
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap
pendidikan. Islam menerapkan sistem pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana
sabda Rasulullah saw yang artinya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang
lahad”.
Bila
kita cermati di dalam hadits ini ditegaskan bahwa tonggak awal pendidikan
terjadi di dalam lingkup keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan,
masyarakat, sekolah dan dunia luar lainnya. Dia terlebih dahulu dipengaruhi
oleh lingkungan keluarganya terutama kedua orang tuanya.
Dapat
kita pahami bahwa pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan dari
keluarganya. Hal pertama yang sangat penting ditanamkan dalam diri anak dalam
proses pendidikannya yang pertama ini adalah penanaman nilai-nilai agama. Ini
sangat penting karena sedini mungkin di dalam diri anak harus dibangun besic
agama yang kuat sebagai bekal baginya untuk menjalani kehidupannya.
Penanaman dan pembinaan pendidikan agama
pada diri anak menurut peran aktif keluarganya yang tidak bisa diabaikan begitu
saja. Adalah kesalahan yang sangat fatal bila menyerahkan pembinaan pendidikan
agama anak pada lingkungan, masyarakat maupun sekolah saja. Hal ini disebabkan
tanggung jawab pendidikan agama yang paling awal bagi anak terletak di pundak
orang tuanya.
Konsep
pendidikan pra-natal, post-natal dan pendidikan sepanjang hayat dirasa perlu
untuk kita dalami sebagaimana konsep-konsep tersebut telah banyak tertuang
dalam Alqur’an dan hadits nabi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Bagaimanakah konsep pendidikan
pra-natal ?
2.
Apakah pengertian pra-natal ?
3.
Bagaimanakah pendidikan pra-natal menurut
pandangan islam ?
4.
Apa saja metode-metode pendidikan
pra-natal ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pendidikan Pra-Natal
Pendidikan atau dikenal juga dengan pedagogi,
berasal dari yunani (pedagogia) yang berarti pergaulan dengan anak-anak.
Istilah yang sering digunakan istilah pedagogos yang berasal dari kata paedos
(anak) agoge (membimbing, memimpin). Pendidikan bisa
diartikan bimbingan yang diberikan orang tua terhadap anak (dalam kandungan) melalui
stimulus atau rangsangan yang bermanfaat bagi perkembangan bayi.
Pendidikan dapat diartikan sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
dan kebudayaan.[1] Manusia
pada dasarnya telah diberikan potensi yang dapat dikembangkan, semua terserah
manusianya sendiri, mau mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui lembaga
pendidikan formal maupun non-formal. Atau tidak mau mengemangkan potensi yang
telah dianugrahkan.
Dalam makna luas pendidikan melahirkan
dua konsep yaitu long-life Education, pendidikan adalah bagian dari
kehidupan itu sendiri. Pengalaman belajar berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hayat. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang
mempengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak individu.[2] Islam
juga memandang pendidikan dimulai dari dalam kandungan hingga sampai keliang
lahat atau maninggal, begitu perhatiannya islam dalam mencetak manusia yang berpendidikan.
Pendikan
dapat diartikan suatu proses yang diberikan kepada manusia agar manusia
terperdaya, tercerahkan, tersadarkan dan maenjadikan manusia sebagaimana
manusia semestinya atau menjadikan manusia seutuhnya.
2.2
Pengertian Pranatal
Pranatal berasal dari kata pre yang berarti sebelum, dan natal
berarti lahir, jadi Pranatal adalah sebelum kelahiran, yang
berkaitan atau keadaan sebelum melahirkan. Menurut pandangan psikologi Pranatal
ialah aktifitas-aktifitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan
dengan hal-hal sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam
rangka untuk memilih pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani.[3] Pranatal
merupakan segala macam aktifitas seseorang mencakup sebelum melakukan pernikahan,
setelah melakukan pernikahan, melakukan hubungan suami istri, hamil hingga akan
melahirkan. Aktifitas yang dimaksud merupakan segala tindak tanduk laki-laki
maupun perempuan. Jadi para pemuda dan pemudi hendaknya segera memperhatikan
tingkah lakunya, untuk membiasakan perilaku yang baik. Jika menginginkan
anaknya memiliki perilaku yang baik pula.
Pengertian anak dalam kandungan, sebagai yang dikutip Dr.
Baihaqi dari Anton Moelono dkk., yaitu “Anak adalah sebagai keturunan kedua
setelah ayah dan ibunya. Sedangkan anak dalam kandungan adalah anak yang masih
berada didalam perut ibunya atau anak yang belum lahir.”[4]
Pendidikan Pranatal ialah usaha sadar
orang tua (suami-istri) untuk mendidik anaknya yang masih dalam kandungan
istri. Usaha sadar khusus ditujukan kepada kedua orang tua karena anak dalam
kandungan memang belum mungkin terdidik, apalagi diajar, kecuali oleh orang
tuanya sendiri.[5]
Jadi pendidikan pranatal ialah sebagai
usaha manusia untuk menumbuh dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan sejak dalam
memilih pasangan hidup dan perkawinan (Prakonsepsi), sampai pada masa
kehamilan (Pascakonsepsi), yang masih tergolong Pranatal, dan
setelah lahir (postnatal).
2.3
Pendidikan Pranatal Menurut
Pandangan Islam
Islam memberikan perhatian khusus
kepada umatnya, dalam memilih pasangan hidup (jodoh), Rasulullah, SAW,
bersabda: “Perempuan dinikahi karena empat perkara: karena hartanya,
kecantikannya, nasabnya, dan agamanya. Maka pilihlah perempuan yang beragama
maka engkau akan bahagia.” (HR. Ibnu Majah).[6]
Ada empat karakter wanita yang menjadi alasan dinikahi oleh
laki-laki, yaitu perempuan yang kaya, perempuan yang cantik, perempuan dari
keluarga terhormat dan perempuan yang shalehah. Setiap wanita memiliki salah
satu karakter tersebut. Jika seorang pria ingin menikahi wanita yang hanya
memiliki salah satu karakter tersebut, sangat dianjurkan untuk memilih wanita
yang memiliki karakter shalehah, itu akan menentramkan hatinya.
Dalam Al-Qur‟an dijelaskan larangan memilih pasangan yang
berbeda agama, sangat dianjurkan untuk memilih-milih terlebih dahulu sebelum
hendak melaksanakan pernikahan, dalam surat Al-Baqarah ayat 221:
Ÿwur (#qßsÅ3Zs? ÏM»x.ÎŽô³ßJø9$# 4Ó®Lym £`ÏB÷sム4 ×ptBV{ur îpoYÏB÷s•B ׎öyz `ÏiB 7px.ÎŽô³•B öqs9ur öNä3÷Gt6yfôãr& 3 Ÿwur (#qßsÅ3Zè? tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# 4Ó®Lym (#qãZÏB÷sム4 Ó‰ö7yès9ur í`ÏB÷s•B ׎öyz `ÏiB 78ÎŽô³•B öqs9ur öNä3t6yfôãr& 3 y7Í´¯»s9'ré& tbqããô‰tƒ ’n<Î) Í‘$¨Z9$# ( ª!$#ur (#þqããô‰tƒ ’n<Î) Ïp¨Yyfø9$# ÍotÏÿøóyJø9$#ur ¾ÏmÏRøŒÎ*Î ( ßûÎiüt7ãƒur ¾ÏmÏG»tƒ#uä Ĩ$¨Y=Ï9 öNßg¯=yès9 tbrã©.x‹tGtƒ ÇËËÊÈ
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S.
Surat Al-Baqarah 2: 211).[7]
Pendidikan dalam kandungan telah dilakukan sejak lama bahkan
Nabi Zakaria a.s dapat menjadi sebuah teladan dalam pendidikan pranatal. Salah
satu metode yang dicontohkan oleh nabi zakariya ialah dengan menggunakan metode
do‟a. sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 35:
øŒÎ) ÏMs9$s% ßNr&tøB$# tbºtôJÏã Éb>u‘ ’ÎoTÎ) ßNö‘x‹tR šs9 $tB ’Îû ÓÍ_ôÜt #Y‘§ysãB ö@¬7s)tGsù ûÓÍh_ÏB ( y7¨RÎ) |MRr& ßìŠÉK¡¡9$# ÞOŠÎ=yèø9$# ÇÌÎÈ
Artinya: “(Ingatlah), ketika isteri
'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku menazarkan kepada Engkau
anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul
Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Ali-Imran 3:35).[8]
Disamping ayat tersebut menjelaskan
tentang bernazar supaya do’a atau keinginannya terkabul, juga menjelaskan
tentang pendidikan pranatal dengan menggunakan metode do’a. Di saat anak masih
dalam kandungan/pranatal, orang tua terutama ibu hendaknya lebih giat beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta meminta perlindungan terhadap bayi
yang dikandungnya dan meminta agar bayi yang dikandungnya nantinya menjadi anak
yang sholeh. Dengan demikian ibu hamil mendidik tauhid kepada anaknya sejak
masih dalam kandungan.
2.4 Metode-Metode
Pendidikan Pranatal
Metode Pendidikan Pranatal telah lama dipraktikkan melalui
pelaksanaan ritual ibadah, namun dikenal secara formal dan sistematik baru
dikenal belakangan ini. Pada tahun 1980-an.[9] Untuk itu akan diperkenalkan beberapa metode yang bisa
digunakan dalam pendidikan pranatal guna memberikan stimulasi atau rangsangan
terhadap perkembangan bayi.
Metode-metode Pendidikan Pranatal yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
A. Metode
Do’a
Do’a merupakan instrumen yang sangat
ampuh untuk menggambarkan kesuksesan sebuah perbuatan. Bagi seorang Muslim,
berdo’a berarti senantiasa menumbuhkan semangat dan optimis untuk meraih cita-cita
dan saat yang bersamaan membuka pintu hati untuk menggantungkan sepenuh hati
akan sebuah akhir yang baik di sisi Allah.
Metode do’a ini dilakukan pada semua
tahap, tambahan zigot, embrio dan fetus. Dan untuk tahapan fetus ada beberapa
tambahan yaitu saat si anak berada dalam kandungan hendaknya diikutsertakan
melakukan berdo’a secara bersama-sama dengan ibunya atau ayahnya.[10]
Oleh karena itu, adalah relevan sekali
bila do’a ini dijadikan metode utama mendidik anak dalam kandungan. Para nabi
dan orang-orang yang saleh terdahulu banyak melakukan metode do’a ini. Seperti
Nabi Ibrahim.
B. Metode
Ibadah
Besar sekali pengaruh yang dilakukan
ibu dengan melakukan metode-metode ibadah ini bagi anak dalam kandungan. Selain
melatih kebiasaan-kebiasaan aplikasi kegiatan ibadah juga akan menguatkan
mental spiritual dan keimanan anak setelah nanti lahir, tumbuh dan berkembang
dewasa.
Menjalankan program pendidikan dengan
metode ini, hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dalam
kandungan. Ada tiga tahapan antara lain:
a. Pada
periode pembentukan zigot, yaitu melakukan shalat hajat dan zikir serta
dihubungkan dengan do’a-do’a tertentu.
b. Pada
periode pembentukan embrio, yaitu sama dengan tahap pertama.
c. Pada
periode fetus, periode inilah yang lebih konkret. Artinya, segala aktivitas
ibadah seorang ibu harus menggabungkan diri dengan si anak dalam kandungannya.
Misalnya, seorang ibu akan melakukan shalat Maghrib, kemudian seorang ibu
berkata “ hai nak…mari kita shalat!” sambil mengajak dan menepuk atau mengusap-usap
perutnya.[11]
Ditinjau dari segi kesehatan, setiap
gerakan dalam shalat mempunyai manfaat besar bagi kesehatan. Terutama untuk
persiapan menghadapi persalinan, khususnya mengenai gerakan sujud.
Gerakan sujud bagi perempuan yang akan
melahirkan adalah otot-otot perut berkontraksi dengan baik saat pinggul dan
pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini secara otomatis
melatih organ disekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama. Hal
ini sangat membantu dalam proses persalinan seorang perempuan. Dengan demikian,
seseorang yang akan melahirkan mempunyai nafas yang panjang dan kemampuan untuk
mengejan dengan baik. Sungguh, kesemuanya ini sangat diperlukan agar seorang
dapat melahirkan dengan normal dan indah.[12]
Ketika seseorang melakukan sujud, maka
pembuluh darah di otak menerima banyak pasokan oksigen sehingga sangat
bermanfaat bagi kecerdasan. Selain itu, posisi jantung yang di atas kepala
memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Dengan demikian, memacu kerja
sel-selnya. Semua itu juga bermanfaat bagi seorang wanita yang akan melahirkan.
Pada saat sujud, beban tubuh bagian
atas bertumpu pada lengan hingga telapak tangan. Gerakan ini membuat kontraksi
pada otot dada. Dengan berkontraksinya otot dada secara teratur pada saat sujud,
tidak hanya membuat bentuk payudara menjadi lebih indah, tetapi juga
memperbaiki kelenjar air susu yang sungguh bermanfaat bagi sang bayi bila telah
dilahirkan.
C. Metode
Membaca
Membaca merupakan salah satu cara yang
paling utama untuk memperoleh berbagai informasi penting dan ilmu pengetahuan.
Anak dalam kandungan pada usia 20 minggu (5 bulan) atau lebih, sudah bisa
menyerap informasi selalui pengalaman-pengalaman stimulasi atau sensasi yang
diberikan ibunya. Namun demikian, tingkatannya masih sangat mendasar dan
sederhana. Jika dikatakan kepada anak dalam kandungan sebuah kata “tepuk”
sambil melakukan sensasi kepadanya, maka ia akan mampu mendengarkan dan
menyerap informasi tersebut dengan tingkat penerimaan bunyi “t-e-p-u dan k”.[13] Pelatihan membaca bagi bayi pranatal berbeda dengan
pelatihan membaca bagi anak dewasa, pelatihan membaca tidak bisa dilakukan
langsung menggunakan satu kalimat atau bahkan satu paragraf, pelatihan membaca
dilakukan perkata agar bayi dapat menerima stimulasi yang diberikan.
D. Metode
Menghafal
Cara menghafal bisa juga dilakukan
dengan bantuan visualisasi kata yang akan dihafal. Bisa juga dengan gerakan
yang membantu mengingat kata tersebut atau dengan benda yang dapat membantu
mengingat si ibu kata tersebut sambil tetap melibatkan bayi dalam kandungannya.
Misalnya, “nak.., mari kita menghafal Al-Qur‟an, si ibu lalu menepuk perutnya
dan langsung membacakan ayat-ayat Al-qur‟an dengan berulang-ulang kali hingga
hafal betul.[14] Menghafal
dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang membacakan ayat Al-Qur‟an pada anak
dalam kandungan, oleh kedua orang tua (calon ibu atau ayah), orang lain, bahkan
mendengarkan rekaman.
E. Metode
Zikir
Zikir adalah aktivitas sadar pada
setiap waktu atau sewaktu-waktu. Sebagaimana kita ketahui, zikir umum ialah
waspada dan ingat bahwa ia berstatus sebagai hamba Allah di mana setiap
kegiatannya tiada lain adalah pengabdian diri kepada Allah semata dalam
keseluruhan waktunya.
Zikir secara khusus berarti ia
melakukan zikir khusus, seperti dengan lafal-lafal khusus, tahmid, tahlil,
takbir, do‟a-do‟a istighasah, istighfar dan zikir-zikir lainnya yang
dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi mengatakan kepada anak dalam
kandungannya, “nak…mari berzikir”.[15] secara
psikis Zikir dapat menenangkan kondisi jiwa ibu hamil, pada masa itu cobaan
yang dialami seorang ibu sangat berat. Kondisi jiwa tenang dan stabil sangat
dibutuhkan bagi ibu hamil.
F. Metode
instruktif
Memberikan instruksi kepada bayi untuk
melakukan sesuatu perbuatan yang lebih kreatif dan mandiri. Bayi pranatal pada
umumnya hanya bisa bergerak beberapa gerakan seperti memutar dan yang sering
dilakukan bayi ialah menendang perut ibunya. Inilah saat yang tepat untuk
memberikan instruksi pada bayi, seperti contoh dengan mengajak bicara atau
menanyakan suatu pertanyaan.
G. Metode
Dialog
Metode ini sangat bermanfaat sekali
bagi sang bayi, karena selain dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik
dan saling mengenal dengan mereka yang diluar rahim. Jauh lebih dari itu, sang
bayi akan tumbuh dan berkembang akan menjadi anak yang penuh percaya diri dan
merasakan pertalian rasa cinta, kasih dan sayang dengan mereka.
H. Metode
Bermain dan Bernyanyi
Metode ini cukup dilakukan sederhana
saja, seperti langkah-langkah berikut ini. Ketika anak dalam kandungan mulai menendang
perut kemudiani bayi berputar-putar si
sekitar perut, maka seorang ibu hendaknya menyambut dengan kata-kata yang manis
dan penuh kasih sayang. Misalnya, “adik sayang, ada apa nak? Mari bermain-main
dengan ibu..” sambil menepuk perut atau membalas tepat disekitar tendangan bayi
tersebut, sambil katakan sesuatu perkataan manis, atau paling tidak bahasa
tertawa atau tersenyum, riang dan bahagia. Lakukan beberapa kali hingga ia
berhenti menendang perut ibu. Kemudian ibu hendaknya mengakhiri permainan ini dengan
memberikan alunan suara merdu, berupa lagu-lagu indah, syair-syair yang
bernuansa riang gembira sehingga si bayi betul-betul tertidur atau tidak
menendang.[16] Bisa juga mendengarkan musik klasik terutama musik karya
Mozard.
[1]Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, hlm, 2.
[2]Nurari Soyomukti, Teori-teori
Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern, (Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2010), hlm, 28-29.
[3]Mansur, Mendidik Anak Sejak dalam
Kandungan, hlm, 16.
[4]Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan:
Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm, 9.
[6]Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini,
(Semarang: AKFI Media, 2010), hlm, 72.
[7]Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,
(Bandung: CV Diponegoro, 2005).
[11]Ibid, hlm, 79.
[12]Akhmad Muhaimin Azzet, Selamat Datang Anakku
Tercinta, (Jogjakarta: Darul hikmah, 2010), hlm, 16-17.
[14]Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini.
[15]Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini.
[16] OP.Cit, hlm, 81. 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar